BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia atau kurang darah sering dikaitkan dengan kondisi
lemah, letih, dan lesu akibat kurangnya kandungan zat besi di dalam darah. Tak
hanya pada orang dewasa, anak-anak bahkan balita pun bisa terkena anemia. Indonesia
jumlah penderita anemia yang berasal dari kelompok anak usia sekolah (6–18
tahun) mencapai 65 juta jiwa. Bahkan, jika digabung dengan penderita anemia
usia balita,remaja putri,ibu hamil, wanita usia subur, dan lansia, jumlah total
mencapai 100 juta jiwa! ”Artinya, secara kasar bisa dikatakan bahwa satu di
antara dua penduduk Indonesia menderita anemia. Dalam penelitian juga terlihat angka kejadian anemia lebih
tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Jika anemia terjadi pada anak
perempuan, dampaknya tidak hanya bagi anak tersebut melainkan juga generasi
selanjutnya. Ini mengingat anak perempuan tersebut kelak akan mengandung dan
melahirkan.
Anemia bisa disebabkan kondisi tubuh memerlukan zat besi
dalam jumlah tinggi, seperti saat hamil, menyusui, masa pertumbuhan anak dan balita, serta masa pubertas atau ketika tubuh banyak kehilangan darah seperti saat
menstruasi dan pada penderita wasir dan cacing tambang. Mereka yang menjalankan
diet miskin zat besi atau pola makan yang kurang baik juga rentan anemia. Sebab
lainnya adalah terjadinya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh.
Vitamin dan mineral juga sangat berperan penting untuk
mengatasi anemia. Vitamin digunakan untuk pencegahan dan defisiensi spesifik
vitamin tertentu atau ketika asupan makanan diketahui tidak memadai.
Sebenarnya, anemia dapat dicegah dengan mudah. Namun karena
masyarakat terlalu menggampangkan, dan menganggap hal itu hanya lemah, letih,
dan lesu saja. Padahal, dampak dari anemia ini sangat fatal bahkan menyebabkan
kematian bagi ibu hamil
1.
2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian anemia pada Ibu hamil?
2.
Apa saja penyebab anemia pada Ibu hamil?
3.
Apa gejala anemia pada Ibu hamil?
4.
Apa dampak anemia pada Ibu hamil?
5.
Bagaimana cara pencegahan anemia pada Ibu hamil?
6.
Apa saja macam – macam vitamin?
7.
Apa saja macam – macam mineral?
13 Tujuan
1. Untuk mengetahui
definisi anemia pada Ibu hamil secara
jelas.
2. Untuk mengetahui
penyebab anemia pada Ibu hamil.
3. Untuk mengetahui gejala anemia pada Ibu hamil.
4. Untuk mengetahui dampak anemia pada Ibu hamil.
5. Untuk mengetahui cara pencegahan anemia pada Ibu hamil.
6. Untuk mengetehaui macam – macam vitamin.
7. Untuk mengetahui macam – macam mineral
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI ANEMIA
Anemia
pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin yang
kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau masa nifas.
Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan, pada awal
kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar
wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau lebih. Atas alasan
tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan anemia sebagai
kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan
kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua.
Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam
tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang
ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum
(Serum Iron = SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total
(Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum
tulang serta ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Banyak
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi
diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi
seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari
penyakit.
Pembagian anemia dalam kehamilan
:
1.
Anemia defisiensi besi
Terjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan. Merupakan anemia yang
paling sering dijumpai pada
kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang masuknya unsure besi dan makanan,
karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui banyaknya
besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan besi bertambah
dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk
wanita tidak hamil 12 mg, wanita hamil 17 mg dan wanita menyusui 17 mg.
2.
Anemia megaloblastik
Terjadi pada sekitar 29 % pada kehamilan. disebabkan oleh
defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisensi vitamin B12. Hal itu erat
hubungannya dengan defisensi makanan.
3.
Anemia hipoplastik
Terjadi pada sekitar 8 % kehamilan. Disebabkan oleh sumsum
tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik
karena kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia hipoplstik karena
kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas akan sembuh dengan
sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami anemia
hipoplastik lagi.
4.
Anemia hemolitik
Terjadi pada sekitar 0,7 % kehamilan. Disebabkan oleh
pengancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya.
Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka biasanya
anemia menjadi berat. Sebaliknya mungkin pula kehamilan menyebabkan krisis
hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemi b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang d. Hb < 7 gr% : Anemia berat.
2.2 PENYEBAB ANEMIA
PADA KEHAMILAN
Penyebab
anemia:
1. Perdarahan hebat
2.
Kecelakaan
4. Pembedahan
5.
Pecah pembuluh darah
6. Kanker atau polip
di saluran pencernaan.
7. Tumor ginjal atau
kandung kemih.
8. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak .
9. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
10.
Kekurangan zat besi
11.
Kekurangan vitamin B12
12.
Kekurangan asam folat
13. Kekurangan vitamin C
14. Pembesaran limpa
15. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
Patofisiologi
Anemia Pada Kehamilan
Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi
pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan
volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron.
2.3 GEJALA KLINIS ANEMIA
Wintrobe mengemukakan bahwa
manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir
tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun
bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya.
Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, berkunang- kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan
sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah,
dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.
Kecukupan gizi yang dianjurkan bagi wanita hamil
Zat Gizi
|
Tidak
Hamil
|
Hamil
|
Energi (Kal)
|
1900
|
± 285
|
Protein (g)
|
44
|
± 12
|
Vitamin A (RE)
|
500
|
± 200
|
Vitamin C (mg)
|
30
|
± 10
|
Asam folat (mcg)
|
150
|
± 50
|
Niasin (mg)
|
8,4
|
± 1,3
|
Riboflavin (mg)
|
1,0
|
± 0,2
|
Tiamin (mg)
|
0,9
|
± 0,2
|
Vitamin B12 (mcg)
|
1,0
|
± 0,3
|
Kalsium
|
600
|
± 400
|
Fosfor
|
450
|
± 200
|
Iodium
|
150
|
± 25
|
Besi
|
25
|
± 20
|
Zinc
|
15
|
± 5
|
2.4 DAMPAK
ANEMIA PADA KEHAMILAN
Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal,
angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal
meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering
dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita
yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari
keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan
abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan ( atonia,
partus lama, perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim,
daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan
gangguan pada janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal).
2.5 PENCEGAHAN ANEMIA
Anemia dapat dicegah dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi
daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong,
serta kacang-kacangan. Perlu diperhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada
daging lebih mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada
makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan pemberian suplemen Fe dosis
rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl),
sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan
suplemen Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh
defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis
pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12
100-200 mcg/hari.
Tips Pencegahan
Dan Perawatan Ibu Hamil Dengan Anemia
Kondisi anemia adalah suatu
kondisi yang mudah dikendalikan dan diperbaiki bila penyebabnya adalah
kekurangan nutrisi atau bahan baku pembentukan hemoglobin. Bila kondisi anemia
yang terjadi pada ibu adalah akibat perdarahan, penyakit darah atau kelainan
tubuh lainnya, maka kondisi anemia membutuhkan perhatian lebih lanjut dan advis
dokter.
Berikut ini ada beberapa tips hal yang dapat ibu
lakukan untuk menghindari, mengurangi dan menghadapi kondisi anemia.
1. Tentukan Apakah ibu mengalami Kondisi Anemia
atau tidak
Ibu
dapat mengetahuinya dengan cara memperhatikan petunjuk penting dalam dirinya.
Bila ibu merasa lebih cepat lelah,
letih, lesu, tidak bergairah dan mudah pusing atau pingsan, maka hal ini dapat
menjadi tanda kondisi anemia. Untuk memastikannya ibu dapat melakukan pemeriksaan
sederhana berikut ini:
·
Berdirilah di depan cermin dan tarik kelopak mata
bagian bawah. Perhatikan tingkat warna kemerahan kelopak mata tersebut. Bila
pucat atau merah muda maka kemungkinan anda mengalami anemia.
·
Bandingkan telapak tangan ibu dengan telapak tangan
suami atau orang lain yang dianggap normal. Bila telapak tangan tampak lebih
putih atau lebih pucat maka mungkin anda sedang dalam kondisi anemia.
·
Julurkan dan perhatikan warna lidah anda. Bila tepi
lidah anda menjadi lebih pucat dari warna permukaan dalam pipi maka kondisi
anemia mungkin telah terjadi.
·
Untuk memastikan kondisi anemia ini, ibu dapat
memeriksakan darah untuk kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah
merah. Bila hemoglobin kurang dari 10gr% maka sebaiknya ibu segera pergi ke
dokter untuk memeriksakan diri.
2. Perbaikan diet/pola makan
Penyebab anemia
terbanyak pada ibu hamil adalah diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan
kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu ibu untuk
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat mencegah dan mengurani
kondisi anemia.
3. Konsumsilah bahan kaya protein, zat besi
dan Asam folat
Bahan kaya
protein dapat diperoleh dari hewan maupun tanaman. Daging, hati, dan telur
adalah sumber protein yang baik bagi tubuh. Hati juga banyak mengandung zat
besi, vitamin A dan berbagai mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras
yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan tanaman
yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya.
Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan
mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel
darah merah dan hemoglobin.
4. Batasi penggunaan antasida
Antasida atau
obat maag yang berfungsi menetralkan asam lambung ini umumnya mengandung
mineral, atau logam lain yang dapat menganggu penyerapan zat besi dalam tubuh.
Oleh karena itu batasi penggunaannya dan gunakan sesuai aturan pemakaian.
5. Ikuti saran dokter
Beberapa
penyebab kondisi anemia adalah penyakit serius tertentu. Oleh karena itu jangan
meremehkan kondisi anemia yang anda hadapi. Konsultasikan lebih lanjut kondisi
yang anda hadapi dan ikutilah nasehat dokter anda.
Pedoman menu.
Berikut ini
pedoman untuk menyusun menu bagi ibu hamil:
1. Makan dua kali lebih dari biasanya, bukan hanya dalam jumlah porsi,
namun lebih ditekankan pada mutu zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan
yang dikonsumsi.
2. Makanan dapat diberikan 4 - 6 kali waktu makan sesuai dengan kemampuan
ibu. Jangan memaksa untuk menghabiskan makanan yang tersaji jika merasa mual,
pusing, dan ingin muntah.
3. Batasi konsumsi makanan berlemak tinggi dan yang merangsang seperti
cabe, makanan bergas seperti nangka, nanas dan durian, serta yang beralkohol
semacam tape.
4. Usahakan mengkonsumsi makanan dalam komposisi seimbang, dengan susunan
yang meliputi 2 piring nasi @ 250 g, 90 g daging atau ikan, sebutir telur, 60 g
kacang-kacangan, 3 porsi sayur @ 100 g, 2 porsi buah-buahan @ 100 g, segelas
susu atau yoghurt, atau seiris keju sebagai ganti serta 1 sdm minyak atau
lemak.
5. Berikan minum 1/2 jam sehabis makan. Perbanyak minum air putih, sari
buah seperti air jeruk, air tomat, sari wortel, air rebusan kacang hijau
sebagai pengganti cairan yang keluar, karena ibu hamil lebih banyak berkeringat
dan sering buang air kecil karena kandung kemih yang terdesak oleh pertumbuhan
janin. Penting untuk menghindari minuman berkafein seperti kopi, coklat, dan soft drink (minuman ringan) pemicu hipertensi.
6. Hindari konsumsi bahan makanan olahan pabrik yang diberi pengawet dan
pewarna yang dimasukkan ke dalam bahan pangan, karena dapat membahayakan
kesehatan dan pertumbuhan janin, yang sering dihubungkan dengan cacat bawaaan
dan kelainan bayi saat lahir. Waspadai tulisan pada kemasan sepertiamaranth,
potassium nitrit, sodium nitrit, sodium nitrat, formalin, boraks, sianida,
rodhamin B, dsb.
7. Hindari makanan berkalori tinggi dan banyak mengandung gula serta lemak
namun rendah kandungan zat gizi, makanan siap saji, makanan kecil, coklat,
karena akan mengakibatkan mual dan muntah.
8. Bagi ibu yang hamil muda, konsumsilah makanan dalam bentuk kering, porsi
kecil dan frekuensi sering, misalnya biskuit marie dan jenis-jenis biskuit yang
lain, karena biasanya mereka tidak berselera makan.
9. Hindari konsumsi makanan laut dan daging yang pengolahannya tidak
sempurna karena besar risikonya tercemar kuman dan bakteri yang membahayakan.
Untuk menghindarinya, masaklah makanan sampai matang benar, dan cuci makanan
untuk menjaga kebersihan, terutama buah dan sayuran sampai bersih sebelum dikonsumsi.
10. Tetap beraktivitas dan bergerak, misalnya dengan jalan santai di pagi
hari.
Zat-zat gizi
yang perlu mendapat perhatian dalam konsumsi ibu hamil adalah
sebagai
berikut:
1. Sumber tenaga, digunakan untuk tumbuh kembang janin dan proses
perubahan biologis yang terjadi dalam tubuh yang meliputi, pembentukan sel- sel
baru, pemberian makanan dari ibu ke bayi melalui plasenta, serta pembentukan
enzim dan hormon penunjang pertumbuhan janin. Kekurangan energi dalam asupan
makanan yang dikonsumsi menyebabkan tidak tercapainya penambahan berat badan
ideal dari ibu hamil yaitu sekitar 11 - 14 kg. Kekurangan itu akan diambil dari
persediaan protein yang dipecah menjadi energi.
2. Protein, diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru janin.
Kekurangan asupan protein dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan janin,
keguguran, bayi lahir dengan berat badan kurang, serta tidak optimalnya
pertumbuhan jaringan tubuh dan jaringan pembentuk otak.
3. Vitamin, dibutuhkan untuk memperlancar proses biologis yang
berlangsung dalam tubuh ibu dan janin. Misalnya, vitamin A diperlukan untuk
pertumbuhan, vitamin B1 dan B2 sebagai penghasil energi, vitamin B6 sebagai
pengatur pemakaian protein tubuh, vitamin B12 membantu kelancaran pembentukan
sel-sel darah merah. Vitamin C membantu penyerapan zat besi guna mencegah
anemia, dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium.
Sedangkan
mineral yang dibutuhkan oleh Ibu hamil antara lain :
1. Kalsium, digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi
serta persendian janin. Jika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan
kalsium akan diambilkan dari cadangan kalsium pada tulang ibu. Ini akan
mengakibatkan tulang keropos atau osteoporosis. Untuk itu, si ibu perlu
mengkonsumsi susu, telur, keju, kacang-kacangan, atau tablet kalsium yang dapat
diperoleh saat periksa ke Puskesmas atau klinik.
2. Zat besi, erat berkaitan dengan anemia atau kekurangan sel
darah merah sebagai adaptasi adanya perubahan fisiologis selama kehamilan, yang
disebabkan oleh :
o Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan
janin.
o Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi
sehari-hari.
o Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada
wanita, sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan mengembalikan
persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya.
Wanita hamil cenderung terkena
anemia pada tiga bulan terakhir kehamilannya karena pada masa ini, janin
menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan
pertama sesudah lahir. Penanganannya, pertama, menggunakan terapi obat dengan memberikan
tablet zat besi ferosulfat 30 - 60 mg
(per hari, tergantung pada berat ringannya anemia. Kedua, terapi diet dengan
meningkatkan konsumsi bahan makanan tinggi besi seperti susu, daging, dan
sayuran hijau.
2.6 MACAM – MACAM VITAMIN
A. Vitamin A (Retinol)
Defisiensi
vitamin Adihubungkan dengan kerusakan mata dan kerentanan infeksi. Tetapi
defisiensi jarang terjadi, bahkan pada kelainan absorbsi lemak.
Bentuk sediaan : Vitamin A
generik (injeksi) 40.000 iu, 50.000 iu, 100.000, 300.000iu.
Kategori : C
Signifikan : Memilliki kemungkinan
teratogenik pada manusia
Potensi : Kadang –
kadang terjadi efek tetapi tidak rutin ( jarang terjadi efek).
Keterangan : Dosis tinggi ( kontraindikasi)
Ibu hamil yang mengalami defisiensi A : teratogenik . Bila dipakai terus –
menerus dengan dosis > 25.000 IU / hari dapat menyebabkan craniofacial,
cardiac defect, limb reduction, urinary tract defect.
B. Vitamin B
Kelompok vitamin B:
·
Vitamin B1 (Tiamin)
·
Vitamin B2 (Riboflavin)
·
Vitamin B3 (Nikotinamid)
·
Vitamin B6 (Pridoksin)
·
Vitamin B12 ( Sianokobalamin)
Defisiensi vitamin B, selain defisiensi B12 jarang
terjadi dan biasanya diobati dengan sediaan berisi tiamin (B1) , riboflavin
(B2), dan nikotinamid.Defisiensi pridoksin (B6) juga jarang terjadi , tetapi
dapat timbul selama terapi TBC (isoniazid)dan ditandai dengan neuritis perifer.
Asam folat dan vitamin B12 digunakan untuk anemia megaloblastik.
C. Vitamin C (asam askorbat)
Terapi vitamin C esensial dalam scurvy , tetapi
manifestasi defisiensi vitamin C tidak terlalu jelas pada penderita lanjut
usia.
Dosis : profilaktik 25 – 75 mg
tiap hari , terapetik tidak kurang dari 250 mg
tiap hari dalam dosis terbagi.
Bentuk sediaan : asam askorbat (generik) tablet 10
mg , 25 mg, 50 mg, 100 mg, 200 mg, 500
mg. Redoxon, Vicee, Vitacimin.
D. Vitamin D
Defisiensi vitamin D karena malabsorbsi intestinal
atau penyakit hati kronis biasanya memerlukan vitamin D dosis farmakologis,
seperti tablet kalsiferol 1 mg (40.000 unit) tiap hari.
Bentuk sediaan: One alpha
(leo) kapsul lunak, alfakalsidol 250 nanogram
Recaltrol (Roche) kalsitriol 250 nanogram
Unical-D (Universal) kolekalsiferol
Signifikan :
Memiliki kemungkinan yang kecil untuk menyebabkan teratogenik pada manusia.
Potensi
: Jarang terjadi efek
Keterangan : Hiperkalsemia neonatal. Vitamin D
untuk hipoparatiroid tidak ada efek pada janin.
E. Vitamin E (tokoferols)
Kebutuhan
harian vitamin E sekitar 3-15 mg tiap hari. Ada sedikit bukti bahwa suplemen oral vitamin E perlu pd
orang dewasa, bahkan bila ada malabsorbsi lemak yang disebabkan kolestasis
Anak dengan kolestasis kongenital, kadar vitamin E yang abnormal rendah berhubungan
dengan kelainan neuromuskuler, yang
biasanya hanya menunjukkan respons terhadap pemberian parenteral vitamin E. Vitamin E telah dicoba untuk beragam kondisi
lain tetapi tidak ada bukti ilmiah tentang manfaatnya. Dosis tinggi berhubungan dengan meningkatnya
efek samping.
F. Vitamin K
Vitamin K perlu untuk produksi faktor pembeku darah dan berbagai
protein yang diperlukan
untuk kalsifikasi tulang yang normal , karena vitamin K larut lemak, penderita dengan
malabsorbsi lemak, khususnya bila ada obstruksi bilier atau penyakit hati bisa
menjadi defisien. Untuk pemberian oral
pencegahan defisiensi vitamin K pada sindrom malabsorbsi, sediaan larut air,
harus digunakan menadiol natrium fosfat, dosis biasanya sekitar 10 mg tiap hari. Antikoagulan
kumarin bekerja menghambat metabolisme vitamin K pada sel hati dan efeknya
dapat diantagonis dengan memberikan vitamin K .
2.7 MACAM –
MACAM MINERAL
ü Kalsium dan magnesium
ü Fluoride
ü seng
Hanya diperlukan bila asupan kalsium
tidak cukup. Kebutuhan diet pada ibu hamil dan anak-anak lebih besar. Pada
osteoporosis suplemen harian 800 mg kalsium dapat menurunkan laju kehilangan kalsium tulang.
A.
Garam kalsium (C)
Indikasi : untuk defisiensi kalsium
Peringatan : kerusakan ginjal, sarkoidosis
Efek samping : gangguan gastrointestinal ringan,
bradikardi, aritmia, iritasi setelah
injeksi iv
Dosis : peroral, tiap hari
dalam dosis terbagi iv perlahan untuk hipokalsemia akut Ca glukonat 1-2 g
Sediaan oral : Ca glukonat tablet 600 mg
Ca laktat tabet 300 mg, 500 mg
CDR eff. Tablet
Kalk tablet 500 mg
Ca sandoz
Dumocalcin tablet 500 mg, 250 mg
B.
Magnesium (B)
Merupakan
unsur penting dalam banyak sistem enzim, khususnya yang terlibat dalam
pembentukan energi. Garam Mg tidak terserap baik dalam saluran Cerna, hal ini
menjelaskan kegunaan MgSO4 sebagai laksatif osmotik. Magnesium diekskresi
sebagian besar lewat ginjal, dan hipermagnesia bisa menyebabkan kelemahan otot
dan aritmia (jarang terjadi). Defisiensi tejadi pada pasien yg menjalani terapi
diuretik dan aminoglikosida MgSO4 dianjurkan untuk pengobatan darurat aritmia
serius. Dosis lazim: 8 mmol Mg
selama 10-15 menit
Untuk infark miokard iv awal 8 mmol dalam 20 menit,
dilanjutkan dengan infus iv 65-72 mmol.
C.
Flouride
Memberikan perlindungan terhadap karies gigi. Dianjurkan
anak tidak perlu menggunakan Fluoride sampai usia 6 tahun
Natrium Fluorida :
Indikasi : pencegahan
karies gigi
Efek samping : kadang bercak putih pada gigi
Bentuk sediaan : Fluor tablet 1 mg, Vinafluor
tab 1 mg
D.
Seng
Terapi seng oral hanya diberikan bila ada bukti
defisiensi yang jelas. Kondisi hipoproteinaemi menyebabkan penurunan palsu
kadar plasma seng Defisiensi seng dapat timbul pada diet yang tidak memadai,
malabsorbsi, berat badan turun
Efek samping : nyeri perut dan dispepsia
Bentuk sediaan : Surbex Z kaptab
Zegase
tablet Ss
Zegavit
Kaptab
Zevit-C
2.8 PENGOBATAN ANEMIA
Pengobatan anemia biasanya dengan
pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung
ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap
dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1
tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi
adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar
adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan
sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan
ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kejadian anemia pada ibu hamil
harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian
ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian
anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu
hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,malaise, lidah
luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada
anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
Study Kasus ANEMIA
Cara Mengatasi Anemia di
Kecamatan Abeli
Kepercayaan tradisional sebagai cerminan dari nilai-nilai sosial budaya merupakan bentuk dari respon sosial budaya dan jika hal tersebut dikaitkan dengan suatu kondisi kehamilan seseorang, maka akan nampak jelas pengaruhnya dalam kehidupan keseharian ibu hamil tersebut.
Sumber pengetahuan konsep anemia ini berlangsung secara
turun temurun yang kebanyakan berasal dari mereka yang dianggap panutan,
semisal orang tua atau dukun. Apa yang mereka sebut sebagai ”pengetahuan” itu
sebenarnya bukan merupakan pengetahuan yang dipelajari, namun yang didapatkan
dalam daur kehidupan sebagai pewarisan kebudayaan mereka.
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan
melalui enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses
mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem nilai,
norma, adat, dan peraturan hidup dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi
dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak, bermula dilingkungan keluarga,
teman sepermainan, dan masyarakat luas (Herimanto dan winarno , 2008).
Khusus di Kecamatan
Abeli pemeliharaan kesehatan dan cara-cara penanggulangan masalah kehamilan
dalam hal ini gejala anemia dilakukan dengan melaksanakan anjuran dan
menghindari pantangan-pantangan yang diyakini oleh masyarakat dan didasarkan
atas sistem kepercayaan dapat mengatasi anemia yang berlaku secara
turun-temurun sebagai pewarisan kebudayaan.
Ibu hamil membutuhkan makanan yang
bergizi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk memenuhi kandungan nutrisi
bagi janin yang dikandungnya. Selama kehamilan kebutuhan zat besi ibu hamil
meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan, namun karena berbagai tahayul,
kepercayaan mengenai kesehatan, dan suatu peristiwa yang terjadi secara
kebetulan maka bisa saja dilakukan pengabaian terhadap hal-hal penting yang
seharusnya dilakukan selama kehamilan.
Hal lain yang ditemukan adalah
kehamilan oleh masyarakat dan kemudian ibu hamil sendiri, dianggap sebagai
sebuah proses biasa dalam daur kehidupan, padahal, kehamilan adalah proses
penting. Karena itulah, banyak diabaikan hal-hal penting untuk perawatan
kehamilan yang seharusnya menjadi fokus perhatian. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Savitri (2003) yang menunjukkan selama masa
kehamilan, wanita di Bogor Jabar jarang memeriksakan diri ke Puskesmas dengan
alasan tidak ada keluhan, sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat
bahwa kehamilan adalah proses alamiah yang tidak perlu dirisaukan termasuk
dalam hal ini anemia dan gejala-gejalanya.
1.
Di Kecamatan Abeli
cara mengatasi gejala anemia atau gejala lain atau rasa sakit yang dirasakan
yang berhubungan dengan kehamilan berdasarkan atas label dari gangguan
kesehatan yang mereka rasakan, label gangguan kesehatan yang dimaksud adalah :
Ibu hamil merasa pusing-pusing, cara mengatasinya dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran seperti bayam, terung, kacang panjang mengkonsumsi susu, air teh dan air kelapa muda.
Ibu hamil merasa pusing-pusing, cara mengatasinya dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran seperti bayam, terung, kacang panjang mengkonsumsi susu, air teh dan air kelapa muda.
2.
Ibu hamil merasa
loyo, ingin tidur terus, malas jalan, malas makan cara mengatasinya dengan
tidak mengikutkan rasa malas, berusaha melakukan berbagai pekerjaan untuk
melawan rasa malas.
3.
Ibu hamil merasa
sakit pinggang, menganggap hal yang wajar selama kehamilan dan cara
mengatasinya dengan beristirahat.
Cara mengatasi
anemia yang dilakukan oleh ibu hamil berdasarkan gejala yang mereka rasakan
yang paling baik adalah dengan memperbanyak mengkonsumsi sayuran hijau daun
yang paling banyak mengandung zat besi (Fe). Zat besi dapat meningkatkan jumlah
sel darah merah yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil. Fenomena lain yang lebih menarik adalah ditemukan
sebahagian ibu hamil yang mendapatkan suplemen zat besi (tablet Fe), tetapi
mereka tidak memakannya dengan alasan utama dapat memperbesar anak dalam
kandungan sehingga akan menyulitkan proses persalinan, sedangkan alasan lain
karena memiliki bau yang tidak enak, dan menimbulkan perasaan tidak enak serta
mual-mual sehingga ibu hamil menghentikan konsumsi tablet Fe. Alasan utama
bahwa tablet Fe dapat menyebabkan bayi besar diperoleh melalui kepercayaan dari
orang tua dan nenek-nenek mereka sehingga menimbulkan ketakutan terhadap akibat
yang akan ditimbulkan. Padahal banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
pemberian tablet besi pada ibu hamil dapat menaikkan kadar Hb ibu hamil.
Penelitian
Taslim dkk (2005) di Kab Takalar Sulsel menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kadar hemoglobin yang bermakna pada ibu hamil yang diberikan tablet besi.
Penelitian lain yang dilakukan di Sibolga Sumut bahkan menunjukkan konsumsi
tablet besi merupakan faktor yang paling dominan terhadap peningkatan kadar
hemoglobin pada ibu hamil (Simanjuntak, 2005), begitu juga penelitian yang
dilakukan oleh Sulasmi (2006) di Surabaya menunjukkan bahwa ada hubungan antara
keteraturan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Prilaku ibu
hamil yang mendapatkan suplemen tablet besi (Fe) tetapi tidak mengkonsumsinya
ataupun mengkonsumsinya tetapi tidak teratur diduga memiliki kontribusi
terhadap kejadian anemia di Kecamatan Abeli Kota Kendari. Hal ini didukung
dengan pencapaian cakupan tablet Fe Bumil di wilayah kerja Puskesmas Abeli yang
hanya mencakup 50 % dari target 82 % (Profil Puskesmas Abeli, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar