Jumat, 10 Mei 2013

makalah gawat janin


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
         Gawat janin merupakan suatau kondisi yang serius dan membutuhkan perhatian yang lebih intensif. Istilah gawat janin masih terlalu luas dan samar untuk diinterprestasikan dengan berbagai situasi klinik. Ketidakjelasan dari diagnosis ini didasarkan atas interpretasi dari pola denyut jantung janin yang telah memberikan deskripsi seperti reassuring dan nonreassuring.
         Reassuring adalah keadaan gawat janin dimana janin dapat kembali normal sedangkan non reassuring adalah suatu keadaan dimana keadaan janin tetap meragukan.Gawat janin menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang secara serius mengancam kesehatan janin. Gawat janin dapat terjadi dalam persalinan karena partus lama, infuseoksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi plasenta, ibu yang diabetes, kehamilan pre dan posterm, maupun prolapsus tali pusat.
         Gawat janin mengimplikasikan adanya ketidaksesuaian metabolik, dapat berupa hipoksia atau asidosis yang akan berakibat kerusakan pada organ vital baik sementara ataupun permanen bahkan kematian. Gawat janin dapat bersifat akut ataupun kronis. Tetapi sayangnya tanda-tanda yang dapat dideteteksi dari janin tidak mengindikasikan seberapa besar kerusakan yang terjadi pada janin pada saat itu. Kemampuan monitoring yang adekuat dapat mendeteksi seberapa besar derajat kerusakan pada saat itu. Yang kemudian akan dibutuhkan dalam penatalaksanaan terhadap gawat janin tersebut untuk mencegah kerusakan permanen dari janin terutama pada susunan saraf pusat.






1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Gawat Janin?
2.      Apa saja jenis – jenis Gawat Janin?
3.      Apa penyebab/etiologi dari Gawat Janin?
4.      Bagaimana patofisiologi dari Gawat janin?
5.      Apa saja tanda dan gejala Gawat Janin?
6.      Bagaimana penatalaksanaan Gawat Janin?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Gawat Janin
2.      Untuk mengetahui jenis - jenis Gawat Janin
3.      Untuk mengetahui penyebab Gawat Janin
4.      Untuk mengetahui patofisiologi Gawat Janin
5.      Untuk mengetahui tanda dan gejala Gawat Janin
6.      Untuk mengetahui cara penataksaan Gawat Janin














BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian
       Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima oksigen cukup, sehingga mengalami hipoksia. Gawat janin adalah kekhawatiran obstetri tentang keadaan janin,  yang kemudian berakhir dengan seksio sesarea atau persalinan buatan lainnya.
       Gawat janin adalah bradikardi janin persisten yang apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan dekompresi respon fisiologis dan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain serta kematian.
Dapat disimpulkan bahwa gawat janin adalah suatu keaadaan dimana janin tidak mendapatkan O2 yang cukup, yang jika tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain bahkan kematian.

2.2         Jenis – jenis  Gawat Janin
        1.          Gawat janin sebelum persalinan
a.       Gawat janin akut
            Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi oksigenasi janin.
b.      Gawat janin kronik
           Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode antenatal bila   status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal terganggu.
        2.          Gawat janin selama persalinan
                 Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan pH janin yang menurun.

2.3         Etiologi
Terdapat beberapa etiologi dari gawat janin, yaitu:
1.      Etiologi fetal distress-Ibu
                                                       a.            Penurunan kemampuan membawa oksigen ibu
                                                      b.            Anemia yang signifikan
                                                       c.            Penurunan aliran darah uterin
                                                      d.            Posisi supine atau hipotensi lain, preeklampsia
                                                       e.            Kondisi ibu yang kronis
                                                       f.            Hipertensi
2.      Etilogi-Faktor Uteroplasental
                                                       a.            Kontraksi uterus seperti hiperstimulas dan solusio plasenta
                                                      b.            Disfungsi uteroplasental
1)      Infark plasental
2)      Korioamnionitis
3)      Disfungsi plasental ditandai oleh IUGR, oligohidramnion
3.      Etilogi-Faktor Janin
                                                       a.            Kompresi tali pusat
1)      Oligohidramnion
2)      Prolapse tali pusat
3)      Puntiran tali pusat
                                                      b.            Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
Anemia berat misalnya isoimunisasi, perdarahan feto-maternal






2.4         Patifisiologi
                 Diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan oksigen yang lebih rendah karena ia hidup di lingkkungan hipoksia dan sidosis yang kronik. Tetapi pemikiran itu tidak benar karena bila tidak ada tekanan (stress), janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan dalam kenyataannya konsumsi oksigen per gram berat badan sama dengan orang dewasa. Meskipun tekanan oksigen parsial (pO2) rendah, penyaluran oksigen pada jaringan tetap memadai. Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah lebih besar daripada orang dewasa.
                  Dengan demikian penyuluhan oksigen melalui plasenta kepada janin dan jaringan perifer dapat terselenggara dengan relatif baik. Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam piruvat, CO2 dan air disekresi melalui plasenta. Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari ruang intervili yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi CO2akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi energi melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan asam organik yang menambahkan asidosis metabolik.
                 Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau arus darah tali pusat. Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga jaringan vital (otak dan jantung) akan menerima penyaluran darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer. Badikardia  merupakan mekanisme perlindungan agar jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia.


2.5         Tanda-Tanda Gawat Janin
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1.      Frekwensi denyut jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
2.      Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali per hari ).
3.      Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
1.      Asfiksia
2.      Menyebabkan kematian janin jika tidak segera ditangani dengan baik.

Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemantauan elektronik dengan kardiotografi
Tujuan dasar monitoring kecepatan DJJ secara elektronik untuk mendeteksi tanda-tanda gangguan pada janin.
2.      Pemeriksaan darah janin
Bila pola kecepatan DJJ mencurigai atau mengancam, maka diperjelas dengan pengukuran pH darah dari kulit kepala.
3.      Pemantauan USG
Pengukuran diameter biparietal secara seri dapat mengungkapkan bukti dini dari retardasi petumbuhan intrauterin. Gerakan pernafasan dan aktivitas janin, dan volume cairan ketuban memberikan penilaian tambahan dari kesehatan janin.
4.      Pemeriksaan kadar estriol
Kadar estriol dalam darah atau urin ibu memberikan suatu pengukuran fungsi janin dan plasenta, karena pembentukan estriol memerlukan aktivitas dari enzim dalam hati dan kelenjar adrenal seperti dalam plasenta karena kehamilan berlanjut, kadar estriol meningkat. Kadar estriol yang normal merupakan indikator dari unit fungsional fetoplasental normal dan menentramkan.
5.      Pemeriksaan HPL (Human Placental Lactogen)
HPL  dalam darah ibu 4 mcg / ml atau kurang setelah kehamilan 30 minggu memberi kesan fungsi plasenta yang abnormal dan janin dalam bahaya.
6.      Amniocentesis yaitu pemeriksaan sitologi air ketuban
7.      Amnioskopi yaitu pemeriksaan untuk melihat kekeruhan air ketuban.
8.      Uji Oksitisin yaitu pemeriksaan untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.

2.6     Penatalaksanaan
Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, lakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Tergantung faktor penyebab: perubahan posisi yaitu dengan posisi miring kiri dan pemberian O2  3 L/menit membantu mengurangi demam pada maternal dengan hidrasi anti piretik dan tindakan pendinginan.
2. Relaksasi ( menarik nafas panjang untuk menenangkan ibu dan menambah asupan  Oksigen)
3. Observasi DJJ tiap 15 menit, apabila dalam 30 menit tidak ada perbaikan keadaan  janin, segera kolaborasi dengan dokter obgyn.
4. Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan) mulailah penanganan  yang sesuai dengan kondisi ibu:
a. Istirahat baring
b. Banyak minum (rehidrasi)
c. Kompres untuk menurunkan suhu tubuh ibu
d. Memberi obat antipiretik
5. Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin tetap abnormal       sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin:
a. Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap, pikirkan kemungkinan solusio plasenta.
b. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina berbau tajam)    berikan anti biotik untuk amnionitis.
c. Jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina lakukan penanganan prolaps tali pusat.
6. Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain gawat  janin (mekonium kental pada cairan amnion, rencanakan persalinan).











BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Gawat janin adalah suatu keaadaan dimana janin tidak mendapatkan O2 yang cukup, yang jika tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain bahkan kematian. Berdasarkan pengertian tersebut diketahui bahwa gawat janin merupakan suatu kondisi bahaya yang relatif dari janin yang secara serius mengancam kesehatan janin. Oleh sebab itu, diperlukan diagnosis yang tepat sehingga dapat memberikan penangan yang tepat pula.

3.2         Saran
Sebaiknya setiap ibu hamil menjaga kondisinya saat hamil dengan cara  mengkonsumsi makanan yang bergizi, rutin memeriksakan kehamilannya dan melakukan pemeriksaan USG agar kesehatan ibu dan janin tetap terjaga.
Bidan sebaiknya dapat mendeteks ipersalinan dengan gawat janin untuk menghindari komplikasi dan mengambil tindakan yang tepat untuk menanganinya.
Sebaiknya persalinan dengan gawat janin dilakukan di rumah sakit atas kolaborasi dengan dokter. Kehamilan gawat janin harus secepatnya dideteksi untuk menghindari komplikasi terutama pada janin.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar