BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekrang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. Tapi kita semua tidak perlu takut. Jika kita berprilaku sehat dan bertanggung jawab serta senantiasa memegang teguh ajaran agama, maka kita akan terbebas dari HIV/AIDS.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apakah penyebab AIDS itu ?
2. Bagaimana cara penularan HIV / AIDS ?
3. Bagaimana pandangan 5 agama di Indonesia tentang HIV / AIDS
1.3
Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
2. Internet
Pada metode ini penulis, juga mencari materi yang berhubungan dengan penulisan ini di internet.
3.Sistematika Penulisan
Ada makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil makalah dimulai dengan bab pandahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Pada bab kedua, penulisan akan memaparkan data yang diperoleh dan membahasnya satu persatu terutama yang berkaitan dengan HIV / AIDS.
Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan memberikan saran agar kita terhindar dari penyakit HIV / AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.virus masuk kedalam sel tubuh
manusia dan akan berkembang biak. Virus masuk kedalam sel darah putih dan
merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap
infeksi akan menurut jumlahnya.dan akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit . Sedangkan AIDS
atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.
Acquired : Didapat,
Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem
kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan
gejala-gejala penyakit
Kerusakan
progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS
) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit
yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit
parah bahkan meninggal.
2.2
MIKROORGANISME PENYEBAB HIV/AIDS
|
|
|
|
AIDS
disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang
nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen
viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
a. Patofisologi
Sel
T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan
sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang
akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel
T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim
inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan
virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya,
virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi
antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag
dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.Sewaktu sel T4 mencapai kadar
ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul,
Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan
virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
2.3 TANDA DAN GEJALA HIV/AIDS
Pasien
AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun)
pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,
diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif,
dan lesi oral. Dan disaat
fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia
interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis,
kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal :
a.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak
khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah
bening, dan bercak merah ditubuh.
b.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh
pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh
hasil positif.
c.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap.
Dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh
tubuh selama lebih dari 3 bulan
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya
mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena
virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya
menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara
untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya
jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus
HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita
penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran
pernafasan.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga
sebagai TBC.
2. Saluran
Pencernaan.
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit
jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat
badan tubuh.
Penderita
mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan
tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy
didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena
gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System
Persyarafan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral)
akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek
tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System
Integument (Jaringan kulit).
Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit
kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami
infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak
(kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran
kemih dan Reproduksi pada wanita.
Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada
vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih
banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS
wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai
istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
|
2.4 CARA PENULARAN HIV/AIDS
Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak atau pertukaran cairan tubuh
yang mengandung virus yaitu:
a. Melalui hubungan seksual yang tidak
terlindung dengan orang yang mengidap HIV (homoseksual maupun heteroseksual)
b. Melalui transfusi darah dan transpalasi
organ yang tercemar H IV
c. Melalui jarum suntik/alat suntik
lainnya yang tercemar HIV
d. Penularanibu hamil yang terinfeksi HIV
kepada anak yang dikandungnya( selama kehamilan, persalinan dan menyusui)
HIV tidak menular melalui:
Gigitan nyamuk
Berciuman pipi
Hidup satu rumah dengan Odha
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes Laboratorium
Telah
dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya
terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
1. Serologis
a. Tes
antibody serum
Skrining
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
b. Tes blot western
Mengkonfirmasi
diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
c. Sel T limfosit
Penurunan
jumlah total
d. Sel T4 helper
Indikator
system imun (jumlah <200>
e. T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio
terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke
T4 ) mengindikasikan supresi imun.
f. P24 ( Protein pembungkus Human
ImmunodeficiencyVirus (HIV)
Peningkatan
nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
g. Kadar
Ig
Meningkat,
terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
h. Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi
DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
i. Tes PHS
Pembungkus
hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2.
Budaya
Histologis,
pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan
sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur,
bakteri, viral.
3.
Neurologis
EEG,
MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf) Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan
kerusakan paru-paru
4.
Tes Antibodi
Jika
seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan.
Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan
hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk
darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and
Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar Human
Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes
tersebut, yaitu :
1.
Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi
antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa
seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.
2.
Western Blot Assay
Mengenali
antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi
protein dari pada antibody.
a.
Indirect Immunoflouresence
Pengganti
pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
b. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan
langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi
kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat
rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari
menjadi AIDS.
Pencegahan
1.
Pencegahan melalui hubungan seksual
- Tidak melakukan hubungan seks pra nikah
- Tidak berganti-ganti pasangan
- Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.
2.
Pencegahan melalui darah
- Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi.
- Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit.
- Hindari pengguna narkoba.
- Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi berdarah dengan orang lain.
- Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia.
3.
Pencegahan penularan ibu kepada anak
- Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan kehamilannya.
- Tidak menyusui bayinya.
4.
Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup
- Perlu komunikasi, edukasi, informasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
- Hindari gaya hidup yang mencari kesenangan sesaat.
2.6 Peran
Bidan Dalam Pencegahan HIV/AIDS
a. memberi pelayanan AH:
- antenatal dan persalinan
- keluarga berencana
- pelayanan kesehatan reproduksi
remaja
b. deteksi dini (merujuk)
- IMS termasuk HIV/AIDS
c.
konseling HIV/AIDS
d. Usaha promotif dan preventif
e. Screening terhadap kelompok resiko penderita PMS dan HIV/AIDS
e. Screening terhadap kelompok resiko penderita PMS dan HIV/AIDS
2.7 Komplikasi
a.
Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
- Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c.
Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e.
Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyakit
HIV/AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahya dan mematikan yang dapat
ditularkan melalui berbagai cara diantaranya , melalui hubungan seksual dan
jarum suntik.
2. Dalam
penangan terhadap penderita HIV/AIDS sangat dibutuhkan peran para medis
diantaranya dokter , perawat , bidan maupun petugas kesehatan lainnya
3. Jangan
mengucilkan ODHA ( orang dengan HIV dan AIDS ) sebab HIV/AIDS tidak ditularkan
melalui makanan , air seni , air liur.
3.2
Saran
1. Disarankan
disetiap RS untuk memisahkan sampah terinfeksi dan tidak terinfeksi
2. Disarankan
kepada setiap petugas kesehatan untuk berhati-hati dalam pemakain jarum suntik
secara bergantian dan transfusi darah yang sudah terpapar HIV/AIDS
3. Bagi
para remaja,hindari pergaulan bebas dan hati-hati dalam memilih pasangan hidup
4. Bagi
mahasiswa yang akan berdinas di RS harus berhati-hati dan tingkatkan APD
Lampiran
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekrang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. Tapi kita semua tidak perlu takut. Jika kita berprilaku sehat dan bertanggung jawab serta senantiasa memegang teguh ajaran agama, maka kita akan terbebas dari HIV/AIDS.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apakah penyebab AIDS itu ?
2. Bagaimana cara penularan HIV / AIDS ?
3. Bagaimana pandangan 5 agama di Indonesia tentang HIV / AIDS
1.3
Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
2. Internet
Pada metode ini penulis, juga mencari materi yang berhubungan dengan penulisan ini di internet.
3.Sistematika Penulisan
Ada makalah ini, penulis akan menjelaskan hasil makalah dimulai dengan bab pandahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Pada bab kedua, penulisan akan memaparkan data yang diperoleh dan membahasnya satu persatu terutama yang berkaitan dengan HIV / AIDS.
Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya, dan memberikan saran agar kita terhindar dari penyakit HIV / AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.virus masuk kedalam sel tubuh
manusia dan akan berkembang biak. Virus masuk kedalam sel darah putih dan
merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap
infeksi akan menurut jumlahnya.dan akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi
lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit . Sedangkan AIDS
atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.
Acquired : Didapat,
Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem
kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan
gejala-gejala penyakit
Kerusakan
progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS
) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit
yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit
parah bahkan meninggal.
2.2
MIKROORGANISME PENYEBAB HIV/AIDS
|
|
|
|
AIDS
disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang
nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen
viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
a. Patofisologi
Sel
T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan
sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang
akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel
T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim
inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan
virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya,
virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi
antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler
makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag
dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.Sewaktu sel T4 mencapai kadar
ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul,
Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan
virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
2.3 TANDA DAN GEJALA HIV/AIDS
Pasien
AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan
merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun)
pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,
diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif,
dan lesi oral. Dan disaat
fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi
opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia
interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis,
kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal :
a.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak
khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah
bening, dan bercak merah ditubuh.
b.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh
pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh
hasil positif.
c.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap.
Dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh
tubuh selama lebih dari 3 bulan
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal
permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya
mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena
virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya
menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara
untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya
jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus
HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita
penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran
pernafasan.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga
sebagai TBC.
2. Saluran
Pencernaan.
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit
jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3. Berat
badan tubuh.
Penderita
mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan
tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy
didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena
gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System
Persyarafan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak
kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral)
akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek
tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System
Integument (Jaringan kulit).
Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit
kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami
infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak
(kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran
kemih dan Reproduksi pada wanita.
Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada
vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih
banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS
wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai
istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
|
2.4 CARA PENULARAN HIV/AIDS
Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak atau pertukaran cairan tubuh
yang mengandung virus yaitu:
a. Melalui hubungan seksual yang tidak
terlindung dengan orang yang mengidap HIV (homoseksual maupun heteroseksual)
b. Melalui transfusi darah dan transpalasi
organ yang tercemar H IV
c. Melalui jarum suntik/alat suntik
lainnya yang tercemar HIV
d. Penularanibu hamil yang terinfeksi HIV
kepada anak yang dikandungnya( selama kehamilan, persalinan dan menyusui)
HIV tidak menular melalui:
Gigitan nyamuk
Berciuman pipi
Hidup satu rumah dengan Odha
2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes Laboratorium
Telah
dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya
terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
1. Serologis
a. Tes
antibody serum
Skrining
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
b. Tes blot western
Mengkonfirmasi
diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
c. Sel T limfosit
Penurunan
jumlah total
d. Sel T4 helper
Indikator
system imun (jumlah <200>
e. T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio
terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke
T4 ) mengindikasikan supresi imun.
f. P24 ( Protein pembungkus Human
ImmunodeficiencyVirus (HIV)
Peningkatan
nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
g. Kadar
Ig
Meningkat,
terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
h. Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi
DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
i. Tes PHS
Pembungkus
hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2.
Budaya
Histologis,
pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan
sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur,
bakteri, viral.
3.
Neurologis
EEG,
MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf) Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan
kerusakan paru-paru
4.
Tes Antibodi
Jika
seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan
bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody
terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan.
Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan
hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk
darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and
Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar Human
Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes
tersebut, yaitu :
1.
Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi
antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency
Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa
seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.
2.
Western Blot Assay
Mengenali
antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi
protein dari pada antibody.
a.
Indirect Immunoflouresence
Pengganti
pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
b. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan
langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak
perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24,
pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi
kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat
rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari
menjadi AIDS.
Pencegahan
1.
Pencegahan melalui hubungan seksual
- Tidak melakukan hubungan seks pra nikah
- Tidak berganti-ganti pasangan
- Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.
2.
Pencegahan melalui darah
- Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi.
- Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit.
- Hindari pengguna narkoba.
- Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi berdarah dengan orang lain.
- Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia.
3.
Pencegahan penularan ibu kepada anak
- Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan kehamilannya.
- Tidak menyusui bayinya.
4.
Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup
- Perlu komunikasi, edukasi, informasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
- Hindari gaya hidup yang mencari kesenangan sesaat.
2.6 Peran
Bidan Dalam Pencegahan HIV/AIDS
a. memberi pelayanan AH:
- antenatal dan persalinan
- keluarga berencana
- pelayanan kesehatan reproduksi
remaja
b. deteksi dini (merujuk)
- IMS termasuk HIV/AIDS
c.
konseling HIV/AIDS
d. Usaha promotif dan preventif
e. Screening terhadap kelompok resiko penderita PMS dan HIV/AIDS
e. Screening terhadap kelompok resiko penderita PMS dan HIV/AIDS
2.7 Komplikasi
a.
Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
- Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c.
Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e.
Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Penyakit
HIV/AIDS merupakan penyakit yang sangat berbahya dan mematikan yang dapat
ditularkan melalui berbagai cara diantaranya , melalui hubungan seksual dan
jarum suntik.
2. Dalam
penangan terhadap penderita HIV/AIDS sangat dibutuhkan peran para medis
diantaranya dokter , perawat , bidan maupun petugas kesehatan lainnya
3. Jangan
mengucilkan ODHA ( orang dengan HIV dan AIDS ) sebab HIV/AIDS tidak ditularkan
melalui makanan , air seni , air liur.
3.2
Saran
1. Disarankan
disetiap RS untuk memisahkan sampah terinfeksi dan tidak terinfeksi
2. Disarankan
kepada setiap petugas kesehatan untuk berhati-hati dalam pemakain jarum suntik
secara bergantian dan transfusi darah yang sudah terpapar HIV/AIDS
3. Bagi
para remaja,hindari pergaulan bebas dan hati-hati dalam memilih pasangan hidup
4. Bagi
mahasiswa yang akan berdinas di RS harus berhati-hati dan tingkatkan APD
Lampiran
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar