Minggu, 24 Februari 2013

Makalah AMNIOTOMI




BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
      Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat. (Obstetri William Edisi 21, Cuningham, dkk., 2006: 343) . Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan.


1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan permasalahannya                   1. Apa pengertian Amniotomi itu?
2. Apa sajakah jenis-jenis Amniotomi?
3. Apa saja persiapan dalam pelaksanaan Amniotomi?
4. Apa indikasi dan kontraindikasi Amniotomi?
5. Bagaimana teknik pelaksanaan Amniotomi?
6. Apa keuntungan dan kerugian Amniotomi?




1.3    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Amniotomi
2.      Untuk mengetahui jenis  Amniotomi
3.       Untuk mengetahui persiapan dalam pelaksanaan Amniotomi
4.       Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi Amniotomi
5.       Untuk mengetahui teknik pelaksanaan Amniotomi
6.       Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian Amniotomi























BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Amniotomi
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan sudah lengkap. Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.
  Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
·         Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
·         Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
·         Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi
·         Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
·         Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin












2.2    Jenis jenis amniotomi
2.2.1   Amniotomi untuk augmentasi.
     Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional.
2.2.2   Amniotomi untuk induksi.
            Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin.

2.3    Indikasi Amniotomi
                        Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya. Perlu di perhatikan Indikasi amniotomi pada plasenta previa:  Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan.  Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.

2.4  Kontraindikasi Amniotomi
-  Polihidramnion
            Suatu keadaan dimana juga jumlah air ketuban lebih banyak dari normal, lebih                               dari 2 liter atau 2000 mL
- Presentasi Muka
                        Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput                              tertekan. Pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke                              bawah.
- Tali Pusat terkemuka
                        Dimana tali pusat yang berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada                              canalis servikalis.



- Vasa Previa
                        Komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium uteri internum. Pembuluh tersebut berada di dalam selaput ketuban atau tidak terlindung dengan tali pusat atau jaringan plasenta sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.
- Letak Lintang
                        Suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.

2.5 Persiapan dalam pelaksanaan Amniotomi
a.  Persiapan ibu dan keluarga
b.  Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
    •  Perawatan sayang ibu
    •  Pengosongan kandung kemih/2 jam
    •  Pemberian dorongan psikologis
c.  Persiapan penolong persalinan
    •   Perlengkapan pakaian
    •   Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
d.  Persiapan peralatan
    •  Ruangan
    •  Penerangan
    •  Tempat tidur
    •  Handscoon
    •  Klem setengah kocher
    •  Bengkok
    •  Larutan klorin 0.5%
    •  Pengalas
    •  Bak instrument


2.6  Tehnik dalam pelaksanaan  Amniotomi
Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
a.  Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga
b.  Dengar DJJ dan catat pada Partograf
c.  Bidan cuci tangan
d.  Gunakan handscoen DTT
e.  Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian2 kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).
f.  Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati2. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas.
   g.  Saat kekuatan his sedang berkurang Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus   kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga pecah. (dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)
h.  Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan.
i.   Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
j.   Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium per vaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. faktor2 etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia gravidarum. pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%. kalau ini merupakan sat2nya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak daripada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya. meskipun demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif.
k.  Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
l.   Cuci kedua tangan.
m.  Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
n.  Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
                                                                                   
2.7  Keuntungan amniotomi
a.   memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu.
b.  kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat
c.   lamanya persalinan bisa diperpendek
d.  Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi salaruran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus
e.  bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti
f.  Partus berlangsung lebih cepat
g. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.


2.8  Kerugian amniotomi
a.    Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan cacatnya tulang kepala janin
b.    Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat
c.    Sementara itu amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. jadi keuntungan dalam bentuk persalian yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah. beberpa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.





















2.9 KASUS

                Seorang Ny.S   umur 28  tahun  hamil  40 minggu  G1P0A0 dengan  inpartu kala II  fase  aktif , Klien beserta suami datang ke BPS  jam 10.00 WIB, mengeluh perut mules dan nyeri sejak jam 03.00 WIB dan keluar lendir darah. Jam 11.30 WIB  klien mengerang kesakitan, gelisah, mengatakan dorongan bayi sangat kuat dan merasa ingin BAB .Pemeriksaan: vulva membuka, perineum menonjol, anus membuka, keringat di atas bibir, ekstremitas bergetar.HIS 5x/10 menit lamanya 45 detik. Dilatasi serviks lengkap, ketuban positive, dilakukannya amniotomi, kepala janin di  Hodge 4. Dilakukan pimpinan meneran, tampak kepala maju UUK sebagai hipomoglion. Mengikutsertakan suami dalam proses persalinan.Jam 11.40 WIB  kepala lahir saat itu jalan nafas dibersihkan dengan kain kassa, tidak ada lilitan tali pusat, kemudian kepala melakukan putaran paksi luar ke arah kanan, dengan cara biparietal, kepala diarahkan ke bawah, bahu depan dilahirkan dan setelah lengan atas lahir kemudian ketiak dikait dengan jari telunjuk dan jempol kiri penolong kepala diarahkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, saat bahu belakang lahir ketiak dikait kemudian badan diarahkan kebawah dan keatas bokong lahir dan disambut oleh tangan kanan. Maka seluruh badan bayi lahir mengikuti jalan lahir. Jam 11.45 WIB  lahirlah bayi, tali pusat pendek , bayi perempuan, jalan nafas dibersihkan dengan bulb siringe, dikeringkan, melakukan penyuntikan oksitosin setelah yakin tidak ada bayi kedua, tali pusat diklem dengan 2 arteri klem dengan jarak 5 cm dari pangkal pusat, kemudian dipotong lalu diikat. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini minimal 30 menit, 1 jam kemudian bayi dilakukan penimbangan dengan BB lahir 3000 gram, PB: 50 cm. Diberikan tetes mata, vit. K, dan 1 jam kemudian diberi imunisasi Hepatitis B pertama.